PENGERTIAN FA’IL
Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum untuk menunjukkan pelaku dari suatu pekerjaan.
Contoh:
Contoh 1
Ket: جاء adalah fi'il madhi dan زيد menjadi fa'ilnya yang di rafa’kan oleh dhammah sebab lafaz tersebut isim mufrad.
Contoh 2
Ket: زيدان menjadi fai’l yang dirafa’kan dengan alif sebab isim tatsniyah.
Contoh 3
Ket: زيدون menjadi fai’l yang dirafa’kan dengan wawu, sebab jamak mudzakkar.
Ket: زيود menjadi fa’il yang di rafa’kan dengan Dhammah sebab jamak taksir).
KETENTUAN-KETENTUAN FA’IL
Fa’il adalah isim yang marfu’
Contoh:
Ket: زَيْدٌ adalah sebagai fa’ilnya karena dia merupakan isim yang marfu’, مُحَمَّدًا bukan sebagai fa’il karena dia manshub.
Ket: الرَّجُلُ adalah sebagai fai’ilnya karena dia merupakan isim yang marfu’, السُّوْقِ bukan sebagai fa’il karena dia majrur.
Fa’il harus diletakkan setelah fi’il.
Apabila ada isim marfu’ yang terletak di depan /sebelum fi’il maka dia bukan fa’il
Contoh:
Ket: مُحَمَّدٌ bukan sebagai fa’il. Hal ini karena ia terletak di depan fi’il. Fa’ilnya adalah berupa dhomir mustatir yang terdapat pada fi’il يَكْتُبُ yang taqdirnya adalah هُوَ.
Fi’il yang dipakai adalah fi’il ma’lum.
Apabila ada isim marfu’ yang terletak setelah fi’il majhul, maka ia bukan sebagai fa’il.
Contoh:
Ket: عَلِيٌّ bukanlah sebagai fa’il karena fi’il yang dipakai adalah fi’il majhul.
Fi’il yang dipakai harus selalu dalam bentuk mufrod
Contoh:
Bila fa’ilnya mudzakkar, maka fi’ilnya mufrod mudzakkar. Bila failnya muannats maka fi’ilnya mufrod muannats.
Contoh:
CATATAN FA'IL
Fa’il tidak harus terletak secara langsung dibelakang fi’ilnya.
Contoh:
Apabila fa’il tidak terletak secara langsung dibelakang fi’ilnya, maka untuk fa’il yang muannats, fi’ilnya boleh berbentuk mufrod muannats atau mufrod mudzakkar.
Contoh:
Apabila fa’ilnya berupa jamak taksir, maka fi’ilnya boleh berbentuk mufrod mudzakkar atau mufrod muannats.
Contoh:
MACAM-MACAM FA’IL
Fa’il yang berupa isim mu’rob
Fa’il yang berupa isim mabni
FA'IL YANG BERBENTUK DHAMIR
Fi’il Madhi
Contoh:
Ket: Fa’il dari kalimat ini adalah dhomir mustatir yang taqdirnya هُوَ
Ket: Fa’il dari kalimat ini adalah wawu
Ket: Fa’il dari kalimat ini adalah ta’
Fi’il Mudhori’
Contoh:
Ket: Fa’il dari kalimat ini adalah dhomir mustatir yang taqdirnya هُوَ
Ket: Fa’il dari kalimat ini adalah nun
Ket: Fa’il dari kalimat ini adalah dhomir mustatir yang taqdirnya نَحْنُ
Fi’il Amr
Contoh:
Ket: Fa’il dari kalimat ini adalah dhomir mustatir yang taqdirnya أَنْتَ
Ket: Fa’il dari kalimat ini adalah waw
Ket: Fa’il dari kalimat ini adalah nun
NAIBUL FA’IL
Pengertian Naibul Fa’il
Naibul fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il majhul untuk menunjukkan orang yang dikenai pekerjaan.
Contoh:
Ketentuan-ketentuan naibul fa’il:
Naibul fa’il merupakan isim marfu’. Asal dari na’ibul fa’il adalah sebagai obyek (maf’ul bih) yang mempunyai I’rob nashob. Tatkala failnya dihapus, maka maf’ul bih menggantikan posisi fa’il yang mempunyai I’rob rofa’.
Contoh:
Tatkala fa’ilnya dihapus, menjadi
Naibul fa’il harus diletakkan setelah fi’il. Apabila ada isim marfu’ yang terletak di depan /sebelum fi’il maka dia bukan naibul fa’il.
Contoh:
Ket: مُحَمَّدٌ bukan naibul fa’il. Hal ini karena ia terletak di depan fi’il. Naibul fa’ilnya adalah berupa dhomir mustatir yang terdapat pada fi’il نُصِرَ yang taqdirnya adalah هُوَ
Fi’il yang dipakai adalah fi’il majhul.
Contoh:
Ket: مُحَمَّدٌ bukan sebagai na’ibul fail karena fi’il yang dipakai bukan fi’il majhul.
Fi’il yang dipakai harus selalu dalam bentuk mufrod
Contoh:
Bila naibul fa’ilnya mudzakkar, maka fi’ilnya mufrod mudzakkar. Bila naibul failnya muannats maka fi’ilnya mufrod muannats.
Contoh:
Apabila susunan sebelum fa’ilnya dihapus menpunyai dua maf’ul bih (obyek), maka setelah failnya dihapus, maf’ul bih pertama menjadi naibul fail sedangkan maful bih kedua tetap manshub sebagai maf’ul bih.
Contoh:
Ket: Tatkala fa’ilnya dihapus, maka fi’ilnya harus dirubah menjadi bentuk majhul. Kemudian maf’ul bih pertama yaitu ( الْفَقِيْرَ ) berubah menjadi naibul fail, sehingga I’robnya menjadi rofa’. Adapun maf’ul bih ke dua yaitu ( طَعَامًا )tetap manshub sebagai maf’ul bih.
Catatan Na’ibul Fa’il
Ketentuan na’ibul fa’il mirip dengan ketentuan yang ada pada fa’il.
Naibul fa’il tidak harus terletak secara langsung dibelakang fi’ilnya.
Contoh:
Apabila na’ibul fa’il tidak terletak secara langsung dibelakang fi’ilnya, maka untuk na’ibul fa’il yang muannats, fi’ilnya boleh mufrod muannats atau mufrod mudzakkar.
Contoh:
Apabila na’ibul fa’ilnya berupa jamak taksir, maka fi’ilnya boleh berbentuk mufrod mudzakkar atau mufrod muannats.
Contoh:
Terkadang, na’ibul fa’il berupa isim mabni
Contoh:
Bagus 👍👍👍
BalasHapusmantap
BalasHapusbaik sekali, kesting (ringkes penting ), mohon dilanjutkan materinya sampai balaghohnya. Jazakumullohu khiron katsiron. smoga jadi amal jariyah.
BalasHapusJenis2 die mcam mane
BalasHapusTerimakasih atas ilmunya saudara
BalasHapuskak tolong penjelasan jama' 'aqil dan ghoiru 'aqil
BalasHapusBagus
BalasHapusGood
BalasHapus